Ino berpegangan lebih erat saat Gaara melaju dengan motornya.
Ia tidak tahu kemana Gaara akan membawanya, apa mungkin
tempat-tempat seram seperti bar, atau tempat perkumpulan mafia
seperti di film action yang sering Ino nonton bersama Sakura?
Apa pun itu yang jelas ia tidak menduga Gaara akan memilih cafe
yang tenang dan imut yang lebih cocok dengan para cewek
remaja daripada cowok seserius Gaara. Ino memandangnya
dengan tidak percaya.
"Aku tidak tahu tempat seperti apa yang kamu suka, tapi aku tahu
kamu mungkin mau makan strawberry, jadi kubawa kesini,"
Gaara tidak memandang Ino. Ia hanya memandang pintu cafe itu
seperti ingin meyakinkan dirinya untuk masuk ke tempat
sefeminin itu.
"Gaara…" Ino ingin mengatakan sesuatu. Sesuatu yang manis
untuk membuat Gaara senang. Ia memenggam tangan Gaara
dengan lembut, sangat terharu dengan betapa perhatiannya Gaara
sebenarnya. Cowok itu sedikit terkejut atas sentuhan itu dan ia
berpaling ke arah Ino.
Ino tersenyum, "Gaara aku-"
"Eh bukankah itu si panda Gaara?" suara tawa memecah di
samping pasangan itu. Mata Gaara tidak hanya menyimpit tajam,
tetapi juga menyala dengan sinar bahaya. Ia sekarang berdiri di
depan Ino, seperti ingin menjauhkannya dari gerombolan cowok
yang memakai seragam sekolah yang Ino tidak kenali.
"Mau apa kalian? Apa minggu yang lalu aku tidak cukup
menghajar kalian?"
Ino ingin melihat para cowok itu dengan seksama, tetapi Gaara
tidak membiarkannya melangkah lebih ke depan.
"Biasalah, kami cuma jalan-jalan. Ini kan bukan wilayah kamu
Gaara, tapi kami cukup kaget kamu mau masuk" cowok dengan
rambut paling berantakan melemparkan pandangannya ke cafe itu
lalu ke arah Gaara. Kemudian ia tertawa keras. Semua teman-
temannya ikut tertawa.
"Kalau kalian tidak segera pergi jauh dariku karena kalian pikir kalian
membuat diri kalian pintar dengan membuntuti aku kemana-
mana, aku akan membuat ambulans menjemput kalian," sekarang
Gaara mengepalkan kedua tangannya.
"Santai saja Gaara. Kami hanya ingin memberikanmu sebuah
pesan dari ketua kami," cowok itu nyengir lalu memberikan Gaara
sebuah amplop. Sebelum Ino bisa membaca nama yang tertulis di
amplop itu, Gaara sudah memasukkannya ke kantongnya.
"Eh ngomong-ngomong, siapa sih cewek cantik ini? Pintar juga
kamu memilih mainan baru Gaara," cowok itu nyengir lebih lebar
lalu mencoba menyentuh rambut Ino yang panjang, tetapi Gaara
sudah meninjunya jauh-jauh.
Cowok itu terkapar, memuntahkan darah sedikit sambil berguman
kata-kata kasar. Tetapi karena Gaara memandangnya dengan
tatapan yang lebih ganas, ia dan teman-temanya melarikan diri.
Gaara memandang kepergian mereka dengan wajah puas, lalu ia
berbalik ke arah Ino, tetapi gadis itu sudah tidak ada di
belakangnya.
Gaara menutup mata lalu menggerutu dengan kesal. Kenapa Ino
dengan begitu mudahnya percaya omongan para musuhnya? Ia
mengeluarkan ponselnya dan menekan nomernya Ino. Setelah
lima kali mencoba menghubunginya gadis itu mengangkat
ponselnya juga.
"Halo…"
"Ino dimana saja kamu?"
"Aku sedang pulang."
"Kamu sedang sakit, beraninya kamu pulang tanpa kasih tahu aku.
Kalau ada satu hal yang aku tidak suka dari para cewek itu adalah,
kalau mereka terlalu mendramatisir. Setidaknya kamu
menanyakan aku sebelum kamu percaya omongan orang lain."
"Kamu tadi tidak membantah."
Gaara terdiam sebentar. Hal ini membuat Ino tambah marah. Ia
sudah tidak peduli kalau Gaara akan lebih marah lagi padanya. Biar
saja dia datang dan mencincangnya hidup-hidup!
"Aku memang sering berjalan dengan para cewek. Sebelum kenal
kamu tentunya. Tapi yang baru kuanggap sebagai pacarku adalah
kamu. Sekarang katakan kamu ada dimana."
Ino sebenarnya bisa saja luluh setelah mendengar penjelasan
Gaara itu. Tapi entah kenapa ia justru tambah marah
mendengarnya. Ada perasaan kesal di hatinya yang tidak mau
hilang juga. Ia membayangkan para cewek itu memeluk
punggung Gaara yang begitu nyaman
"Gak mau. Aku mau pulang sendiri. Aku tidak harus selalu
mendengar kamu."
Gaara sekarang sudah tidak tahan lagi, "Bilang dimana kamu
sekarang atau aku akan datang, dan percayalah aku akan
menemukanmu!"
"Lalu apa? Mau menghajarku begitu?"
"Jangan menguji kesabaranku!"
"Ayolah! Datang saja! Aku bisa kungfu kok!"
Sesaat Gaara terdiam, lalu kemarahannya hilang. Ino
kedengarannya begitu lucu sampai Gaara tersenyum. Lalu ia
menghela napas.
"Kumohon Ino. Aku bisa cemas sekali kalau aku membiarkan
kamu pulang sendirian"
Ino tidak menjawab. Ia malah menutup ponselnya. Gaara
memandang ponselnya dengan heran, tetapi saat mencoba
menghubungi Ino kembali dengan kedua kalinya, ia datang dari
arah kiri jalan. Ia menghampiri Gaara sambil memegang tasnya
dengan malu.
Gaara bisa melihat Ino menunggu hukumannya, tetapi ia tidak
menginginkan hal itu. Ia mengelus kepala Ino.
"Jangan membuatku cemas," nada Gaara menjadi serius sekali.
Ino mengangguk sambil melihat ke bawah. Gaara lalu
mengajaknya masuk ke cafe. Ino mengikutinya dengan gugup.
Sepertinya sore ini akan berakhir dengan cukup baik. Saat Gaara
memanggil seorang pelayan, Ino ingat kalau sebenarnya ia ingin
memutuskan Gaara. Ia mencoba mengumpulkan seluruh
keberaniannya, tetapi saat Gaara membaca menu cafe itu, ia
mengurungkan niatnya. Ia ingin sedikit lagi mengenali Gaara